Logo Stop Kekerasan Terhadap Anak

Logo Stop Kekerasan Terhadap Anak

Efek membandingkan anak dengan anak orang lain

Membandingkan anak dengan temannya mungkin bisa memberikan dirinya gambaran bagaimana seharusnya mereka bersikap.

Jika nasihat seperti ini ditanggapi secara positif oleh anak, ia akan termotivasi untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik.

Namun, hanya sebagian kecil anak yang mendengarkan nasihat orangtua dengan cara demikian.

Anak-anak umumnya tidak suka menerima kritikan dan juga belum begitu mengerti bagaimana harus meresponsnya dengan tepat.

Terlebih meski terdengar pahit, nyatanya, tidak semua orangtua akan menindaklanjuti “perbandingan” tersebut dengan solusi nyata untuk membimbing atau mendidik anak mereka supaya lebih baik lagi.

Kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada anak jika Anda sering membandingkannya, yaitu sebagai berikut.

Hubungan orangtua dengan anak jadi renggang

Terus mengatakan bahwa selalu ada orang lain yang lebih baik daripada anak lama-lama bisa menimbulkan kesalahpahaman.

Hal ini bisa memengaruhi kedekatan antara anak dan ibu ataupun dengan ayahnya.

Anak mungkin merasa dihina, disudutkan, tidak diperhatikan, dan tidak pernah didukung oleh orangtuanya sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Ia mungkin juga menganggap bahwa Anda tidak menyayanginya.

Emosi anak yang tidak stabil bisa meluap karena ini, sehingga akhirnya Anda akan langganan beradu mulut dengan anak.

Suasana kekeluargaan yang seharusnya hangat justru memanas dan bisa merenggangkan hubungan anak dan Anda.

Jangan sampai kebiasaan membandingkan anak ini menjadi bumerang untuk Anda sendiri karena keliru dalam mendidiknya.

Bayangkan bila anak Anda telah melakukan semua yang dia bisa untuk mendapatkan nilai B dalam tugas bahasa Inggrisnya.

Alih-alih memuji dia atas usahanya, Anda malah membanding-bandingkan anak dengan anak lain yang mendapat nilai A.

Hal ini tentu akan dapat menyebabkan anak depresi atau stres dan mengalami kecemasan yang luar biasa.

Meragukan dirinya sendiri

Hanya dengan terus membandingkan tanpa benar-benar memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperbaiki diri lambat laun akan membuat anak cenderung meragukan dirinya sendiri.

Ini terutama terjadi begitu anak tahu bahwa ada orang lain yang lebih unggul dari dirinya.

Anda bisa membantu anak berubah menjadi orang yang lebih baik tanpa harus membanding-bandingkan dirinya.

Caranya, cukup dengan memberi tahu apa yang seharusnya ia lakukan dan terus membimbingnya supaya dapat berubah.

Siapa bilang rasa cemburu hanya terjadi pada pasangan? Anak-anak juga bisa merasakannya.

Saat Anda terus membandingkan dirinya dengan anak lain yang lebih baik, anak tentu jadi merasa cemburu karena ada orang yang jelas-jelas “difavoritkan” oleh orangtuanya sendiri.

Kecemburuan yang terpupuk sejak kecil tidak baik untuk kesehatan mental anak karena dapat menimbulkan kebencian, permusuhan, atau kekecewaan mendalam. baik pada diri sendiri maupun orangtua dan teman-temannya.

Mengganggu fokus belajar

Saat Anda membandingkan dengan anak orang lain, maka seorang anak akan merasa dirinya tidak dicintai.

Hal itu yang membuat ia hanya berfokus untuk mendapatkan atau memperoleh cinta dan perhatian orangtuanya.

Ia kemudian tidak bisa fokus belajar atau bahkan dapat memperlambat proses belajarnya.

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Tiada hari tanpa berulah, itulah anak-anak. Saat anak memukul atau menggigit temannya hingga menangis, Anda tentu perlu menasihatinya. Sayangnya, di sela-sela kata nasihat, mungkin Anda pernah sesekali membandingkan anak dengan anak orang lain.

Pernahkah ibu melakukannya? Sebenarnya, menasihati dengan membandingkan anak boleh atau tidak? Yuk, simak apa efeknya pada anak melalui ulasan berikut ini.

Sering berpikiran negatif

Awalnya, anak mungkin terpacu untuk menjadi lebih baik.

Namun jika Anda tidak pernah mengapreasiasi usahanya dengan terus membandingkan anak dengan yang lain, ia jadi tidak pernah merasa bangga dan puas dengan apa yang dilakukannya.

Ia akan dirundung dengan pikiran negatif bahwa ia tidak akan pernah sukses karena terus merasa cemas dan takut gagal.

Akibatnya, ia jadi tidak percaya pada kemampuan dirinya sendiri dan semakin terpuruk. Oleh karena itu, selalu puji anak atas hal sekecil apa pun yang sudah ia peroleh.

Mengalami kecemasan sosial

Setelah merasa meragukan dirinya sendiri, dia bisa menjadi pemalu dan tidak mau berhubungan dengan orang lain.

Anak Anda akan berpikir bahwa dia tidak punya apa-apa untuk dihargai atau dibanggakan.

Lebih buruknya lagi, anak Anda mungkin menggunakan cara yang negatif saat berinteraksi dengan teman-temannya.

Hal itu dikarenakan dia memendam perasaan negatif terhadap orang-orang yang selalu dibandingkan dengannya.

Menghambat talenta

Ketika anak-anak tidak dihargai dan terus-menerus dibandingkan dengan orang lain, bakat mereka tidak akan berkembang.

Pada akhirnya, mereka akan kehilangan potensi dan bakat yang dimilikinya.

Jangan membanding-bandingkan anak Anda dengan anak orang lain. Pasalnya, apa yang Anda katakan bisa saja melukai hati anak Anda seumur hidupnya. Sebaiknya, fokus pada perkembangannya saja bila ingin anak Anda berhasil.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

%PDF-1.7 %µµµµ 1 0 obj <>/Metadata 211 0 R/ViewerPreferences 212 0 R>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ExtGState<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/Annots[ 17 0 R] /MediaBox[ 0 0 595.44 841.92] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœ½]ÝsÛ8’OUþ½�¸Ñ€ÄÜÖÖy'™Œ'“\&qn&û [ŠíØ–=¶œ”÷¯?tã“$ É6˜T%‘Hˆh4úã×�¸·³>û2?^Oþþ÷½ýõz~|º\LþÜ;¼ºþ÷Þáýõrïýüäl5_Ÿ]­ö>Þ­áÒ¯Ëùbyó�LþùòçÉ_ÏŸUeÚ¶©'Õ„K^26i)%�Ü,Ÿ?û×ß&«çÏþyøüÙÞ/dBHY±Éá—çψj]•µú3!J«’ÑIÓ²²ž^ª¶¯?6““[õøÉ ~kÍ·×ÏŸý9ý£�Óý‚MÿUpüŸßª¿?MŠ!ÓßÔ¥ÿUM>}x·ÿ{!¦pµšþ¢>ÁÕêk;}]:}ŸÞ³zú² •þªoÃÓà©êQï ÒN?ê‡Å¬™~((ÓM÷‹O{þì•ÜÏŸåbkÚ²á3�fèoQŠê×ãÀ‰š ‘ `òÈ>3ЧH#\QI&MCÊ–f£-Ý_ÍÚ²nÓý�`M %söãS 1¸,…Hp dúãÇ‚Ö Š ¥ J¬)gŸZø$²Åª¶dÉY˜åïO]âuª¿YÃp9|jà“žŽÏS¥ï×șυúøßž=>1ͨìä6´”ò²§eÍSýI)�‘¶nô{–Ê (æä¦ÉÚ�¼Šút S«Ç‚VpV6í„ÔÊ`Ê a%ØøËß²Œ�Ô¬dŠ¯¼�Îò›XTñŒ¤ºû¿¢ž^¡(_39-Aéõ4'Ê/P¾µ)ÐmM³ì” ŒO�Jó÷×TeË~àL4uÙÐT¨7X]×ý'42zN‘ýób&:ó•Ý=к ÆLfJœ”ó:

PolrestaGorontaloKota,Kasus dugaan tindak kekerasan yang dialami oleh seorang siswa di salah satu sekolah yang ada di kota Gorontalo resmi masuk dalam ranah hukum pada Jumat 17 Mei 2024

Kapolresta Gorontalo Kota Kombespol Dr.Ade Permana, S.I.K., MH melalu Kasat Reskrim Kompol Leonardo Widharta, S.I.K membenarkan jika telah menerima laporan terkait dugaaan kekerasan yang dilakukan oleh oknum guru terhadap siswa AKLH (11)

“Benar kami telah menerima dugaan kekerasan yang dilakukan oleh wali kelas terhadap salah satu siswa kelas 6 ” jelas Kompol Leonardo

Lebih lanjut Kompol Leonardo mengatakan bahwa korban yang mengalami luka lebam di bagian bahu sudah di lakukan visum et repertum dan dimintai keterangan

Untuk kasus ini baru kami Terima dan akan kami lakukan penyelidikan dan penyidikan tutup Kompol Leonardo

MONITOR, Jakara – Jin atau setan serta makhluk ghaib lainnya merupakan makhluk yang tidak bisa dilihat oleh mata orang biasa, kelebihan melihat jin merupakan salah satu mukzijat nabi Sulaiman A.S. selain itu tidak ada satu pun manusia yang dapat melihat makhluk halus, tapi bagaimana dengan anak indigo? Pasti anda akan bertanya-tanya karna kelebihan dari anak indigo yang banyak orang tahu adalah mereka bisa melihat makhluk halus atau ada yang bisa sampai meramal masa depan.

Ustadz Ammi Nur Baits, Alumni Madinah International University yang sekarang berprofesi sebagai Penceramah Agama akan menjawab salah satu pertanyaan yang banyak mengenai fenomena anak indigo.

Memang diantara sifat manusia adalah curiosity, semangat untuk selalu ingin tahu. Meskipun bisa jadi dia tidak memiliki banyak kepentingan dalam hal ini. Namun apapun itu, pertanyaan semacam ini menunjukkan sengamat untuk memahami masalah sesuai koridor agama. Kami memberikan apresiasi positif untuk setiap upaya mengembalikan semua permasalahan kepada Al-Quran dan sunah.

Terkait fenomena anak indigo, ada beberapa catatan yang bisa kita beri garis tebal,

Pertama, islam tidak menolak realita

Sebelumnya, mari kita memahami peta realita berikut,

Realita dibagi menjadi dua:

1.  Realita syar’i: itulah semua berita yang disampaikan dalam Al-Quran dan sunah yang sahih. Misalnya: meteor yang memancarkan cahaya di langit, sejatinya adalah panah api untuk melempar setan yang berusaha mencari berita dari langit. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran surat al-Jin ayat 9. Meskipun kita tidak pernah melihat peristiwa ini dengan kasat mata, namun mengingat hal ini Allah ceritakan dalam Al-Quran maka wajib kita yakini, karena demikianlah realita yang ada. Contoh lain: Jibril memiliki 600 sayap, sebagaimana dinyatakan dalam hadis riwayat Bukhari. Meskipun kita tidak pernah melihat wujud asli Jibril, namun mengingat hal ini disebutkan dalam hadis shahih, maka wajib kita yakini.

2.  Realita kauni merupakan semua kejadian yang Allah ciptakan di alam ini. Misalnya, ada orang melihat kejadian aneh, kemduian dia abadikan gambarnya, lalu dia share ke yang lain. Kita tidak mungkin mengingkari kejadian ini, karena orang yang melihat langsung membawakan bukti asli sesuai yang dia saksikan.

Penyimpangan terhadap dua realita di atas, kita sebut berita dusta. Jika berita dusta itu terkait masalah syariat atau keyakinan, diistilahkan dengan tahayul. Misalnya: berita bahwa pada hari rabu terakhir di bulan safar, akan turun 320 ribu bencana. Berita ini masuk dalam ranah masalah ghaib. Karena indera manusia tidak pernah mendeteksi 320 ribu bencana yang turun di hari itu. Sehingga untuk membuktikan kebenaranya, kita perlu kembalikan kepada dalil, adakah ayat atau hadis shahih yang menyebutkannya. Jika tidak ada, termasuk tahayul, yang tidak boleh diyakini.

Anda bisa menimbang semua informasi masalah ghaib yang simpang siur di sekitar kita dengan cara di atas. Sehingga kita bisa membedakan antara keyakinan yang benar dengan tahayul semata.

Fenomena indigo termasuk realita yang bisa kita saksikan. Ada anak yang berkomunikasi dengan makhluk lain, atau dia melihat makhluk lain, dan itu asli tidak dibuat-buat.

Sebatas kejadian yang bisa kita lihat, termasuk fenomena kauni. Kejadian yang Allah ciptakan di alam ini. Selama kejadian itu memang benar-benar ada, islam tidak melarang kita untuk membenarkannya, karena islam tidak menolak realita.

Kedua, kemampuan dasar makhluk

Islam tidak menolak fenomena anak indigo jika memang itu realita. Kita boleh meyakininya, selama kejadian itu memang benar-benar ada di sekitar kita. Namun realita yang boleh kita yakini dalam hal ini hanya sebatas yang bisa kita lihat. Sementara tentang hakekat anak indigo, perlu kajian yang lebih serius utnuk bisa menjelaskan dan memberi komentar.

Di sini kita tidak menggali hakekat dan sebab si anak menjadi indigo. Sebagian ahli medis menyebutkan, anak indigo mengidap ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), semacam gangguan perkembangan dan keseimbangan aktivitas motorik anak sehingga menyebabkan aktivitasnya tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ada juga yang menyebutkan, anak indigo bisa seperti itu karena memiliki kemampuan melihat jin. Dan beberapa analisis lainnya.

Hanya saja ada beberapa informasi tentang anak indigo yang disuasanakan berlebihan. Sebuah analisis ‘ngawur’ menyebutkan beberapa kemampuan luar biasa anak indigo,

Jika kita perhatikan kemampuan di atas, bisa disimpulkan bahwa anak indigo tak ubahnya seperti seorang Nabi. Karena satu-satunya manusia yang kita kenal memiliki kemampuan hebat seperti di atas hanya para nabi, atas bimbingan wahyu dari Tuhannya.

Namun sayang, banyak juga mereka yang mempercayai hal ini, terutama para budak klenik dan ramalan.

Kembali pada peta realita, berbagai kemampuan ‘hebat’ dalam daftar di atas, jelas bukan termasuk realita kauni. Karena kita tidak pernah menyaksikan proses anak indigo itu mengekspresikan kemampuannya. Yang kita lihat hanyalah, dia berbicara sendiri dengan tembok, pohon atau benda lainnya, atau dia menatap dengan pandangan nanar kemudian melakukan reaksi tertentu, atau dia ngomong tanpa beban kemudian menyampaikan masa depan, atau dia menceritakan halusinasi dalam pikirannya, dst. Anehnya, mereka menanggapinya terlalu serius.

Tidak ada yang melebihi kemampuannya

Anak indigo siapapun dia, tetap manusia. Dia tidak akan melampaui batas kemampuannya sebagai manusia. Semua kemampuan di atas, sejatinya tidak mungkin dimiliki manusia, selain Nabi yang mendapat wahyu dari Allah.

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ

“Katakanlah: “tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah..”

Di ayat lain, Allah berfirman,

وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ

“Katakanlah: …Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira”.

Di ayat lain, Allah juga menegaskan,

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا ( ) إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا

Dia adalah Tuhan yang mengetahui yang ghaib, dan Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. Sesungguhnya Dia Mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS. Al-Jin: 26 – 27)

Dalam  hadis dari Rubayyi’ bintu Mu’awidz radhiyallahu ‘anha, beliau menceritakan,

قَالَتْ جَارِيَةٌ: وَفِينَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لاَ تَقُولِي هَكَذَا وَقُولِي مَا كُنْتِ تَقُولِينَ»

“Ada seorang anak yang mengatakan, ‘Di tengah-tengah kami ada seorang nabi yang mengetahui apa yang terjadi besok.’ Spontan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan, ‘Jangan kau ucapkan hal itu, ucapkanlah syair yang tadi kalian lantunkan.’ (HR. Bukhari 4001).

Jika demikian kemampuan yang ada pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tidak mengetaui hal ghaib, tidak bisa meramalkan masa depan, kecuali yang Allah wahyukan, bagaimana mungkin kita meyakini anak indigo mampu menerawang masa depan, melihat kejadian masa silam, meraba kejadian di tempat lain dalam waktu bersamaan, menebak isi hati orang, komunikasi dengan benda mati, komunikasi dengan Tuhan, menggerakkan benda dari jauh, dst.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendatangi Ibnu Shayyad, seorang yang dianggap bisa meramal. Beliau ngetes kemampuannya: ‘Tebak kata yang kusimpan dalam hatiku!’ Ibnu Shayyad mengatakan, ‘Dukh..’ Mendengar jawaban ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اخْسَأْ، فَلَنْ تَعْدُوَ قَدْرَكَ

‘Duduklah, kamu tidak akan melebihi batas kemampuanmu.’ (HR. Bukhari)

Pendapat yang kuat, ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyimpan firman Allah di surat Ad-Dukhan ayat 10. (Keterangan Fuad Abdul Baqi dalam Ta’liq Shahih Bukhari).

Ketiga, indigo dan jin

Bagian ini perlu kita kupas ulang, karena memungkinkan untuk dilakukan pendekatan berdasarkan dalil. Beberapa laporan menyebutkan anak indigo melihat sesuatu yang tidak kita lihat.

Ada dua kemungkinan yang dia lihat, antara malaikat atau jin. Untuk malaikat, dipastikan tidak mungkin. Karena malaikat hanya akan melakukan tugas yang diperintahkan Allah. Sementara tidak mungkin malaikat melakukan tugas kecuali untuk sesuatu yang penting.

Dengan demikian, yang lebih pasti adalah jin. Anak ini melihat jin. Apa mungkin? Sangat mungkin.

Allah tegaskan dalam Al-Quran ketika membahasa tentang iblis:

إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ

“Sesungguhnya dia (iblis) dan kabilahnya (semua jin) bisa melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak bisa melihat mereka.” (QS. Al-A’raf: 27).

Inilah sifat asli jin. Dia tidak bisa dilihat oleh manusia. Akan tetapi jin bisa menjelma menjadi makhluk yang lain, sehingga bisa terindera oleh manusia. Baik dengan dilihat, didengar, atau diraba. Sebagaimana kisah Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu pada hadis berikut,

Suatu ketika Ubay pernah menangkap jin yang mencuri makanannya. Ubay bin Ka’ab berkata kepada Jin: “Apa yang bisa menyelamatkan kami (manusia) dari (gangguan) kalian?”. Si jin menjawab: “Ayat kursi… Barangsiapa membacanya di waktu sore, maka ia akan dijaga dari (gangguan) kami hingga pagi, dan barangsiapa membacanya di waktu pagi, maka ia akan dijaga dari (gangguan) kami hingga sore”. Lalu paginya Ubay menemui Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- untuk menuturkan hal itu, dan beliau menjawab: “Si buruk itu berkata benar”. (HR. Hakim, Ibnu Hibban, Thabarani dan lainnya, Albani mengatakan: Sanadnya Thabarani Jayyid)

Kejadian yang sama juga pernah dialami Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Beliau menangkap jin yang mencuri makanan zakat fitrah.

al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Jin terkadang menjelma dengan berbagai bentuk sehingga memungkinkan bagi manusia untuk melihatnya. Firman Allah Ta’ala, ‘Sesungguhnya iblis dan para pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang (di sana) kamu tidak bisa melihat mereka,’ khusus pada kondisi aslinya sebagaimana dia diciptakan.” (Fathul Bari, 4:489).

Karena itu, jika benar anak indigo melihat jin, bukan karena dia memiliki kemampuan khusus melebihi yang lain, sehingga bisa melihat jin. Namun karena ada jin yang menampakkan diri kepadanya.

Keempat, Kondisi tidak Normal

Catatan tambahan yang penting untuk disebutkan. Kejadian anak indigo sejatinya adalah kondisi tidak normal. Baik karena sebab ADHD atau melihat jin. Karena normalnya manusia, dia hanya bisa berinteraksi dengan sesuatu yang bisa memberikan respon kepadanya. Jika sebabnya karena gangguan kejiwaan, bisa dilarikan ke ahli penyakit terkait, sehingga bisa dilakukan penanganan.

Demikian pula jika indigonya disebabkan melihat jin. Juga termasuk kondisi tidak normal. Karena dalam kondisi normal, sejatinya mansuia tidak bisa melihat jin. Ketika ada orang yang melihat jin, berarti dia tidak normal. Karena tidak normal, kasus semacam ini perlu dinormalkan (baca: diobati). Melihat jin, berarti ada jin yang usil dan mengganggunya. Dia harus usir jin ini agar segera meninggalkannya. Jika tidak, akan sangat sulit bagi si anak untuk melepaskan diri dari gangguan jin itu.

Pernikahan, menjadi hal yang diimpikan oleh setiap insan. Menemukan sosok sejati yang dikirimkan oleh Allah swt. dalam hidup kita untuk menggenapkan separuh agama bersama, adalah hal yang paling dinantikan. Namun, terkadang tidak semua kondisi bisa membuat seseorang dan calon pasangannya dapat mulus ke jenjang pernikahan. Ujian yang datang bisa saja menghambat bahkan tak jarang menjadi jurang menuju kegagalan.

Topik yang masih sering menjadi obrolan hangat saat akan memutuskan untuk menikah adalah hal-hal yang berhubungan dengan adat. Terutama, bagi kita yang tinggal di lingkungan kental akan adat budaya.

Dari berbagai budaya yang ada, Jawa masih menjadi patokan beberapa orang tua dalam pernikahan sang anak. Mulai dari persiapan, prosesi, bahkan hingga pasca pernikahan pun banyak hal detil yang harus diperhatikan.

Salah satu hal yang ada dalam pernikahan dengan adat Jawa adalah anak pertama dilarang menikah dengan anak ketiga. Atau dalam istilah adat Jawa, beberapa orang mengenalnya dengan jilu (siji telu) atau lusan (telu lan pisan). Banyak pantangan yang membuat keduanya benar-benar tidak boleh bersatu. Mulai dari seret rezeki, pertengkaran dengan karakter masing-masing, akan selalu datang banyak masalah, bahkan hingga akan ada kematian dari salah satunya.

Lalu, bagaimana bila keduanya telah memang benar-benar mantap, dan ingin melangsungkan pernikahan seutuhnya Lillahi Ta’ala? Dan bagaimana bila yang menentang keduanya dengan mitos-mitos seperti hal tersebut adalah orang tua dari salah satu calon mempelai?

Allah swt. telah berfirman,

وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَىٰ

“dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita.” (Qs. An-Najm: 45).

Dari ayat tersebut, maka yakinlah bahwa setiap dari kita telah Allah siapkan pasangan terbaik. Tinggal bagaimana usaha dan doa yang selalu kita panjatkan untuk bisa menjemputnya.

Dalam ajaran Islam, tidak ada kaitannya peringkat (urutan) anak dalam keberlangsungan pernikahan. Tidak ada aturan yang mengatur hal-hal seperti itu. Maka, sebenarnya jangan pernah takut untuk berkata tidak, atau menolak dengan halus hal-hal adat atau mitos-mitos tertentu yang sudah jelas tidak ada dalil dalam ajaran Islam.

Namun, memang sebagai seorang anak apalagi masih berstatus calon menantu, hendaknya kita juga bisa lebih bijak dan hati-hati dalam bertindak. Jangan sampai salah mengkomunikasikan apa yang kita ketahui dan yakini kepada pihak orang tua atau calon mertua, hingga kemudian mereka mengsalah artikan bahwa kita ini radikal atau bahkan dianggap anak yang tidak tahu tata krama serta tidak menghargai adat budaya.

Urusan menolak dan menyetujui adanya hal-hal demikian dalam sebuah pernikahan, itu murni ada di tangan kedua calon mempelai. Bukan orang tua. Berbeda hal, jika dalam pandangan agama calon menantu tidak seagama, maka harus ada pengarahan orang tua bahwa kebahagiaan yang hendak dicari bukan hanya urusan dunia, melainkan juga kelak di akhirat. Sehingga kita (sebagai anak) memahami alasan mengapa orang tua tidak setuju.

Bukan sekedar tidak setuju karena suatu kepercayaan tertentu yang bahkan tidak dituliskan dalam Islam. Itulah sebabnya, kepada para wali hendaknya meminta persetujuan si gadis yang hendak dinikahkannya. Jika orang tua tetap menolak, maka bisa menikah dengan wali hakim. Harus manut itu jika dalam kebenaran, maka dalam hal melawan syariat orang boleh tidak taat.

Pun cobalah mencari orang yang terdekat dengan orang tua kita untuk bisa memberikan perngertian kepada mereka. Supaya tidak terkesan kita seperti sedang menggurui orang tua atas pilihan kita yang sebenarnya sudah sesuai dengan syariat Islam. Karena restu orang tua masih merupakan hal yang sangat penting, demi menjaga keindahan rumah tangga kelak.

Berbagai pantangan ditakutkan ada, padahal kita tahu bahwa Allah yang menentukan kesemuanya dan akan selalu ada.

Disadur dari Majalah Al Falah Edisi Agustus 2018

Walimatul ’Ursy dalam Islam | YDSF

KRITERIA JODOH DALAM ISLAM | YDSF

Pilar Dakwah Di Rumah Kita

3 TIPS AMPUH MENJEMPUT JODOH IMPIAN | YDSF

Zakat Profesi atau Penghasilan | YDSF

Karakteristik Para Hamba yang Dicintai Allah  | YDSF

WAKTU TERBAIK TERKABULNYA DOA | YDSF

Memunculkan persaingan

Salah satu alasan Anda harus berhenti membandingkan anak dengan lainnya, yakni kebiasaan ini dapat memunculkan persaingan (sibling rivalry).

Melansir Journal of youth and adolescence, ketika Anda membanding-bandingkan anak lain, mungkin saja anak Anda diam-diam akan membenci saudara atau temannya tersebut.

Ia mungkin berasumsi orangtuanya lebih menyukai dan mencintai anak yang dibandingkannya. Akibatnya, anak akan berperilaku agresif, memicu anak bertengkar, dan menimbulkan kebencian.

Kenapa orangtua sering membandingkan anak?

Kecenderungan orangtua untuk membanding-bandingkan anaknya sendiri dengan anak orang lain (atau bahkan saudara kandung si anak itu sendiri) sebetulnya berangkat dari naluri manusia paling dasar.

Manusia memang tidak pernah lepas untuk membandingkan sesuatu dengan yang lain.

Ini sejatinya merupakan cara berpikir yang rasional untuk bisa mengetahui dan membedakan mana yang baik dan buruk.

Suka atau tidak suka, semua ini terjadi di bawah alam bawah sadar Anda.

Itu kenapa orangtua sering kali “keceplosan” membandingkan anaknya dengan teman-teman sepantarannya. Tujuannya agar anak bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik setelah diberi contoh.

Namun, meski wajar dan sudah biasa, apakah cara seperti ini baik buat anak?