Jujur Artinya Dalam Agama Islam
Keberanian Jihad di Jalan Allah SWT
Sebagai umat muslim, kita harus berani maju untuk berperang dalam membela kebenaran hingga menang atau mati syahid. Hal tersebut sudah tertuang di dalam Surat Al-Anfal ayat 1 15 sampai 16, yang artinya:
“Hai orang –orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka di waktu itu (mundur), kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya adalah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya”.
Rasulullah juga sudah mencontohkan hal tersebut dalam perang Badar, yakni dengan pasukan 300 orang yang berani menghadapi lawan dengan jumlah tiga kali lipas, yakni sekitar 1000 orang dan ternyata Rasulullah bersama dengan para sahabatnya berhasil mencapai kemenangan.
Anjuran Mencari Pekerjaan yang Halal
Sebaik-baik pekerjaan adalah yang halal dan jelas sumbernya. Pasalnya di dalam agama Islam, penting untuk mendapat segala hal secara lazim, halal, dan bebas mudharat.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik, yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada Allah kamu menyembah“. [Al Baqarah/2 : 172].
Saat hendak dan ketika bekerja, kita dianjurkan untuk berdzikir guna mengingat nama Allah SWT. Selain itu juga untuk membuka pintu rezeki. Sebagaimana yang dijelaskan pada firman Allah berikut ini:
لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَنْ تَبْتَغُوْا فَضْلًا مِّنْ رَّبِّكُمْ ۗ فَاِذَآ اَفَضْتُمْ مِّنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ ۖ وَاذْكُرُوْهُ كَمَا هَدٰىكُمْ ۚ وَاِنْ كُنْتُمْ مِّنْ قَبْلِهٖ لَمِنَ الضَّاۤلِّيْنَ
“Tidak ada dosa bagimu mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Rabb-mu. Maka apabila kamu telah bertolak dari ‘Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy’aril Haram. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkanNya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang -orang yang sesat“. [Al Baqarah/2 : 198].
Demikian pembahasan tentang sejumlah doa sebelum bekerja yang kedudukannya kuat untuk diamalkan sehari-hari. Bekerja patut dilakukan dengan tekun sembari berhusnudzon kepada Allah SWT. Hal ini mengacu pada firman-Nya pada surat Al-A’raaf yang menyebutkan bahwa setiap manusia telah ditempatkan di bumi bersama sumber penghidupannya.
Syaja’ah adalah – Sebagai umat muslim, tentu kita tahu bahwa Agama Islam mengajarkan kepada umatnya tentang berbagai macam sifat atau akhlak baik ataupun peringatan akan akhlak yang buruk. Di antaranya yaitu dengan meneladani dan mempelajari sifat-sifat yang diajarkan oleh Rasulullah SAW yang mana salah satunya yaitu sikap syaja’ah.
Lalu, apa sih sebenarnya sifat syaja’ah ini dan apa manfaatnya untuk umat Islam yang mengamalkan sifat ini dalam kehidupan sehari-hari?
Jadi, syaja’ah adalah akhlak mulia yang mengajarkan setiap umat muslim untuk berani bertindak yang didasari oleh kebenaran. Setiap muslim seharusnya mempunyai akhlak mulia yang disebut dengan syaja’ah. Terlebih lagi, sifat yang satu ini mempunyai keterkaitan dengan kejujuran.
Syaja’ah adalah kemampuan dalam menundukkan jiwa supaya selalu tegar, teguh, dan tetap bergerak maju meskipun dihadapkan dengan musuh, masalah hidup, ataupun musibah. Dengan begitu, orang-orang yang memiliki jiwa syaja’ah akan selalu menggunakan akal sehatnya dalam mengendalikan hawa nafsu supaya tidak bertindak seenaknya.
Islam sendiri memerintahkan kepada para umatnya agar tidak menjadi penakut atau pengecut. Hal tersebut karena kedua hal tersebut bisa menyebabkan kegagalan dan juga kekalahan.
Lalu, salah satu sifat yang diajarkan oleh Islam adalah berani atau syaja’ah. Kata syaja’ah ini juga mempunyai beberapa arti lain, seperti misalnya kekuatan, keberanian, kegagahan, tekun, kekuatan hati, sabar, tenang, dan juga menguasai diri. Sedangkan secara terminologi, kata syaja’ah adalah keteguhan hati dan juga keberanian tetap maju untuk menghadapi berbagai masalah hidup, musuh, hingga musibah.
Menurut buku yang berjudul Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI, menjelaskan bahwa syaja’ah juga memiliki makna berani dalam membela kebenaran dan berani untuk bertindak selama di jalan yang benar.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa keberanian ini harus dilandasi dengan kebenaran menurut syariat Islam dan tidak memihak hal yang salah. Adapun lawan dari sifat syaja’ah adalah al jubn yang artinya pengecut.
Orang-orang yang memiliki sifat pengecut ini biasanya tidak ada komitmen yang kuat dalam mengedepankan kebenaran. Sikap mereka sangat bergantung dengan hawa nafsunya. Diri seorang pengecut ini akan melunak dan mengkhianati kebenaran apabila melakukan kebenaran akan mengantarkannya pada kerugian terhadap dirinya sendiri. Misalnya saja, gentar dengan celaan manusia, takut kehilangan harta dunia, dan juga takut menghadapi risiko dari sebuah perjuangan.
Oleh karena itu, sikap pengecut ini sebenarnya lebih dekat dengan kekalahan. Orang yang memiliki sikap pengecut cenderung lebih rentan mengalami kehinaan dan juga kegagalan. Dirinya akan merasa lebih takut kepada manusia daripada takut dengan Allah SWT.
Sebaliknya, syaja’ah disini dapat menjadi jalan untuk mewujudkan kemenangan dalam keimanan. Seorang muslim tidak boleh takut dalam mengemban tugas agama apabila ingin memperoleh kegemilangan. Hati kita harus dituntun oleh keimanan, sehingga tidak akan ada rasa gentar di dalam diri.
Allah SWT sudah memerintahkan hambanya untuk berani melakukan sesuatu karena kebenaran. Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran, yang mana artinya:
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (Q.S. Ali Imran/3: 139)
Sifat syaja’ah sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu syaja’ah harbiyah dan syaja’ah nafsiyah. Berikut ini adalah penjelasan selengkapnya:
Syaja’ah harbiyah merupakan keberanian untuk melawan kemungkaran yang terlihat ataupun tidak terlihat oleh mata atau keberanian dalam berperang di jalan Allah SWT. Misalnya saja, keberanian dalam menghadapi musuh dalam peperangan untuk menegakkan Agama Allah. Keberanian ini telah dijelaskan di dalam Al-Quran, tepatnya di Surat Al-Anfal ayat 15-16. Allah SWT berfirman, yang artinya:
“Wahai orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang akan menyerangmu, maka janganlah kamu berbalik membelakangi mereka (mundur). Dan barangsiapa mundur pada waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sungguh, orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya adalah neraka Jahanam, seburuk-buruk tempat kembali.”
Sementara itu, syaja’ah nafsiyah merupakan keberanian dalam menegakkan kebenaran dan juga menghadapi bahaya ataupun penderitaan. Misalnya saja, keberanian mengungkapkan hal-hal yang benar, mengendalikan hawa nafsu marah, dan mengakui kesalahan. Islam sangat tidak menyukai orang yang pengecut, lemah, dan juga penakut. Orang yang lemah ataupun penakut umumnya tidak berani untuk mempertahankan hidup, sehingga sangat mudah putus asa.
Ketakutan tersebut di antaranya yaitu karena takut dikucilkan di dalam lingkungannya, takut karena berlainan sikap dengan banyak orang, dan takut untuk membela sebuah kebenaran dan juga keadilan.
Syaja’ah adalah keberanian yang berdasar pada kebenaran, dilakukan dengan penuh pertimbangan serta perhitungan untuk mengharapkan ridha Allah SWT. Keberanian atau syaja’ah adalah jalan untuk mewujudkan sebuah kemenangan dalam keimanan.
Tidak boleh ada kata gentar dan takut untuk Muslim ketika mengemban tugas jika ingin meraih kemenangan. Semangat keimanan yang ada di dalam diri akan selalu menuntunmu agar tidak takut dan gentar sedikitpun.
Dari dua jenis sifat syaja’ah yang sudah dijelaskan di atas, syaja’ah bisa terimplementasikan menjadi beberapa bentuk contoh syaja’ah, antara lain:
Quwwatul ihtimal adalah daya tahan yang besar. Dimana seseorang terbukti mempunyai sifat syaja’ah saat mereka mampu bersabar dan siap untuk menghadapi penderitaan, kesulitan, bahaya, atau yang lainnya saat berjuang di jalan Allah SWT. Kisah perjuangan para nabi dan juga para sahabatnya di Makkah menggambarkan hal tersebut.
Perhatikan bagaimana mereka terus bertahan meski dalam suasana tertekan. Smpai sebagian dari mereka harus gugur syahid, seperti misalnya Tasi dan Sumayyah, sebagian lainnya mengalami penyiksaan, misalnya saja Bilal dan Amr bin Yasir, dan sebagiannya lagi harus rela berhijrah meninggalkan tanah kelahirannya menuju Habasyah atau Ethiopia demi mempertahankan iman serta mengembangkan dakwah.
Rasa Takut kepada Allah SWT
Selama seseorang itu masih yakin bahwa yang dilakukannya berlandaskan perintah Allah SWT, maka orang tersebut memiliki sikap tidak takut kepada siapapun, kecuali dengan Allah SWT. Jika ada yang membuatnya merasa takut, maka ia harus yakin bahwa Allh SWT adalah sebaik-baiknya penolong dan pelindung.
“Cukuplah Allah yang menjadi Penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. (QS. Ali-Imran : 173)
Keberanian dalam Menyatakan Kebenaran
Dalam hal ini, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:
“Jihad yang paling afdhal adalah memperjuangkan keadilan dihadapan penguasa yang zalim”. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Al-Inshafu Min Adz-Dzati
Al-Inshafu Min Adz-Dzati artinya bersikap objektif pada diri sendiri. Orang yang memiliki sifat syaja’ah akan menilai dirinya secara objektif dan juga meyakini bahwa dirinya mempunyai kekurangan dan juga kelebihan.
Penerapan Syaja’ah dalam Islam
Penerapan syaja’ah di dalam Islam mempunyai berbagai macam bentuk. Syaja’ah disini bisa dipraktikkan sesuai dengan profesi yang diperankan setiap umat Islam. Berikut ini adalah beberapa contoh penerapan syaja’ah dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
A. Pengertian jujur dalam Islam
Jujur adalah perilaku positif dengan berkata sebenarnya, tidak curang, serta perbuatan dan perkataan yang tidak berlawanan. Perilaku jujur menyebabkan muslim memperoleh kepercayaan lingkungan sekitar.
Perintah jujur telah tercantum alam Al Quran dan hadits. Salah satunya dalam Al Ahzab ayat 70,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا
Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha wa qụlụ qaulan sadīdā
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar."
Hadits pentingnya jujur dinarasikan Abdullah, berikut haditsnya,
إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا، وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ، حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
Artinya: "Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." (HR Bukhari).
Setelah pengertian jujur dalam Islam, berikutnya adalah manfaat sikap yang selalu mengutamakan kebenaran ini. Muslim yang jujur akan memperoleh manfaat berikut:
1. Pergaulan yang makin luas
Bersaudara dengan orang jujur cenderung menyenangkan dan tidak menimbulkan rasa khawatir. Tidak heran jika persaudaraan muslim yang jujur sangat luas.
2. Hidup damai dan tentram
Terbiasa jujur akan menumbuhkan sikap saling percaya, peduli, dan menghargai. Hasilnya hidup selalu terasa damai dan tentram.
3. Memperoleh ridho Allah SWT
Perilaku jujur sesuai dengan perintah Allah SWT dalam Al Quran. Tak heran jika muslim jujur tidak jauh dari ridho Allah SWT.
Merangkum tulisan ini, ciri-ciri jujur adalah:
Semoga pengertian jujur dalam Islam bisa selalu dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari ya detikers.
Jujur merupakan sikap tidak berbohong, tidak curang, dan berkata apa adanya. Orang yang jujur, memelihara kebenaran di dalam kehidupannya.
Apabila kebenaran itu hilang maka ia tidak lagi disebut jujur. Istilah lain untuk menggambarkan hilangnya kejujuran adalah bohong, dusta, munafik, dan sebagainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jelaskan pengertian jujur dalam pelajaran agama Islam!
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jujur memiliki arti lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, bisa juga berarti tulus, dan ikhlas.
Dikutip dari buku Pasti Bisa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMP/MTs Kelas VIII, jujur merupakan salah satu sifat rasul, yakni sidik. Kata sidik berasal dari sadaqa atau sidq yang artinya benar.
Ditambahkan dari buku Proyek Kehidupan - Sesuai Ketentuan Al Quran dan Sunnah, dari segi bahasa, jujur adalah mengakui, berkata, atau memberi suatu informasi yang sesuai dengan apa yang benar-benar terjadi atau kenyataan.
Jujur tidak hanya dalam perkataan tetapi juga harus diterapkan dalam segala sisi aktivitas manusia, seperti jujur dalam niat, jujur dalam perkataan, dan jujur dalam perbuatan.
Niat yang disebut jujur adalah niat yang dilakukan dengan benar, yakni niat berbuat suatu kebaikan karena Allah Swt. Contohnya membantu orang lain bukan karena berharap balasan.
Jujur dalam perkataan adalah mengatakan yang benar dan sesuai dengan kenyataan. Contoh jujur dalam perkataan adalah tidak menambah atau mengurangi informasi yang diberikan kepada orang lain.
Sementara jujur dalam perbuatan adalah kesesuaian antara yang diucapkan dan yang dikerjakan atau diperbuat. Contohnya menjauhi perbuatan yang dapat mencelakai orang lain.
Demikian pembahasan untuk jelaskan pengertian jujur dalam pelajaran agama Islam. Semoga bermanfaat dan selamat belajar.
Syaja’ah adalah – Sebagai umat muslim, tentu kita tahu bahwa Agama Islam mengajarkan kepada umatnya tentang berbagai macam sifat atau akhlak baik ataupun peringatan akan akhlak yang buruk. Di antaranya yaitu dengan meneladani dan mempelajari sifat-sifat yang diajarkan oleh Rasulullah SAW yang mana salah satunya yaitu sikap syaja’ah.
Lalu, apa sih sebenarnya sifat syaja’ah ini dan apa manfaatnya untuk umat Islam yang mengamalkan sifat ini dalam kehidupan sehari-hari?
Jadi, syaja’ah adalah akhlak mulia yang mengajarkan setiap umat muslim untuk berani bertindak yang didasari oleh kebenaran. Setiap muslim seharusnya mempunyai akhlak mulia yang disebut dengan syaja’ah. Terlebih lagi, sifat yang satu ini mempunyai keterkaitan dengan kejujuran.
Syaja’ah adalah kemampuan dalam menundukkan jiwa supaya selalu tegar, teguh, dan tetap bergerak maju meskipun dihadapkan dengan musuh, masalah hidup, ataupun musibah. Dengan begitu, orang-orang yang memiliki jiwa syaja’ah akan selalu menggunakan akal sehatnya dalam mengendalikan hawa nafsu supaya tidak bertindak seenaknya.
Islam sendiri memerintahkan kepada para umatnya agar tidak menjadi penakut atau pengecut. Hal tersebut karena kedua hal tersebut bisa menyebabkan kegagalan dan juga kekalahan.
Lalu, salah satu sifat yang diajarkan oleh Islam adalah berani atau syaja’ah. Kata syaja’ah ini juga mempunyai beberapa arti lain, seperti misalnya kekuatan, keberanian, kegagahan, tekun, kekuatan hati, sabar, tenang, dan juga menguasai diri. Sedangkan secara terminologi, kata syaja’ah adalah keteguhan hati dan juga keberanian tetap maju untuk menghadapi berbagai masalah hidup, musuh, hingga musibah.
Menurut buku yang berjudul Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI, menjelaskan bahwa syaja’ah juga memiliki makna berani dalam membela kebenaran dan berani untuk bertindak selama di jalan yang benar.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa keberanian ini harus dilandasi dengan kebenaran menurut syariat Islam dan tidak memihak hal yang salah. Adapun lawan dari sifat syaja’ah adalah al jubn yang artinya pengecut.
Orang-orang yang memiliki sifat pengecut ini biasanya tidak ada komitmen yang kuat dalam mengedepankan kebenaran. Sikap mereka sangat bergantung dengan hawa nafsunya. Diri seorang pengecut ini akan melunak dan mengkhianati kebenaran apabila melakukan kebenaran akan mengantarkannya pada kerugian terhadap dirinya sendiri. Misalnya saja, gentar dengan celaan manusia, takut kehilangan harta dunia, dan juga takut menghadapi risiko dari sebuah perjuangan.
Oleh karena itu, sikap pengecut ini sebenarnya lebih dekat dengan kekalahan. Orang yang memiliki sikap pengecut cenderung lebih rentan mengalami kehinaan dan juga kegagalan. Dirinya akan merasa lebih takut kepada manusia daripada takut dengan Allah SWT.
Sebaliknya, syaja’ah disini dapat menjadi jalan untuk mewujudkan kemenangan dalam keimanan. Seorang muslim tidak boleh takut dalam mengemban tugas agama apabila ingin memperoleh kegemilangan. Hati kita harus dituntun oleh keimanan, sehingga tidak akan ada rasa gentar di dalam diri.
Allah SWT sudah memerintahkan hambanya untuk berani melakukan sesuatu karena kebenaran. Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran, yang mana artinya:
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (Q.S. Ali Imran/3: 139)
Sifat syaja’ah sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu syaja’ah harbiyah dan syaja’ah nafsiyah. Berikut ini adalah penjelasan selengkapnya:
Syaja’ah harbiyah merupakan keberanian untuk melawan kemungkaran yang terlihat ataupun tidak terlihat oleh mata atau keberanian dalam berperang di jalan Allah SWT. Misalnya saja, keberanian dalam menghadapi musuh dalam peperangan untuk menegakkan Agama Allah. Keberanian ini telah dijelaskan di dalam Al-Quran, tepatnya di Surat Al-Anfal ayat 15-16. Allah SWT berfirman, yang artinya:
“Wahai orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang akan menyerangmu, maka janganlah kamu berbalik membelakangi mereka (mundur). Dan barangsiapa mundur pada waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sungguh, orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya adalah neraka Jahanam, seburuk-buruk tempat kembali.”
Sementara itu, syaja’ah nafsiyah merupakan keberanian dalam menegakkan kebenaran dan juga menghadapi bahaya ataupun penderitaan. Misalnya saja, keberanian mengungkapkan hal-hal yang benar, mengendalikan hawa nafsu marah, dan mengakui kesalahan. Islam sangat tidak menyukai orang yang pengecut, lemah, dan juga penakut. Orang yang lemah ataupun penakut umumnya tidak berani untuk mempertahankan hidup, sehingga sangat mudah putus asa.
Ketakutan tersebut di antaranya yaitu karena takut dikucilkan di dalam lingkungannya, takut karena berlainan sikap dengan banyak orang, dan takut untuk membela sebuah kebenaran dan juga keadilan.
Syaja’ah adalah keberanian yang berdasar pada kebenaran, dilakukan dengan penuh pertimbangan serta perhitungan untuk mengharapkan ridha Allah SWT. Keberanian atau syaja’ah adalah jalan untuk mewujudkan sebuah kemenangan dalam keimanan.
Tidak boleh ada kata gentar dan takut untuk Muslim ketika mengemban tugas jika ingin meraih kemenangan. Semangat keimanan yang ada di dalam diri akan selalu menuntunmu agar tidak takut dan gentar sedikitpun.
Dari dua jenis sifat syaja’ah yang sudah dijelaskan di atas, syaja’ah bisa terimplementasikan menjadi beberapa bentuk contoh syaja’ah, antara lain:
Quwwatul ihtimal adalah daya tahan yang besar. Dimana seseorang terbukti mempunyai sifat syaja’ah saat mereka mampu bersabar dan siap untuk menghadapi penderitaan, kesulitan, bahaya, atau yang lainnya saat berjuang di jalan Allah SWT. Kisah perjuangan para nabi dan juga para sahabatnya di Makkah menggambarkan hal tersebut.
Perhatikan bagaimana mereka terus bertahan meski dalam suasana tertekan. Smpai sebagian dari mereka harus gugur syahid, seperti misalnya Tasi dan Sumayyah, sebagian lainnya mengalami penyiksaan, misalnya saja Bilal dan Amr bin Yasir, dan sebagiannya lagi harus rela berhijrah meninggalkan tanah kelahirannya menuju Habasyah atau Ethiopia demi mempertahankan iman serta mengembangkan dakwah.
Rasa Takut kepada Allah SWT
Selama seseorang itu masih yakin bahwa yang dilakukannya berlandaskan perintah Allah SWT, maka orang tersebut memiliki sikap tidak takut kepada siapapun, kecuali dengan Allah SWT. Jika ada yang membuatnya merasa takut, maka ia harus yakin bahwa Allh SWT adalah sebaik-baiknya penolong dan pelindung.
“Cukuplah Allah yang menjadi Penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. (QS. Ali-Imran : 173)
Doa Sebelum Bekerja: Memohon Kemudahan
Doa sebelum bekerja ini dengan makna memohon kemudahan selama menjalani pekerjaan. Diketahui bahwa doa ini termasuk ke dalam hadits yang dikeluarkan Ibnu Hibbad melalui riwayat Anas bin Malik. Berikut doa sekaligus sabda yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW:
اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً
“Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa.”
Artinya: Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah.
Doa di atas juga berisi makna tentang sejatinya bekerja dan pekerjaan merupakan kehendak Allah SWT. Termasuk kemudahan dan kesulitan yang akan dihadapi. Perlu meminta ridho Allah SWT agar urusan lancar dan bisa dilewati.
Keberanian Jihad di Jalan Allah SWT
Sebagai umat muslim, kita harus berani maju untuk berperang dalam membela kebenaran hingga menang atau mati syahid. Hal tersebut sudah tertuang di dalam Surat Al-Anfal ayat 1 15 sampai 16, yang artinya:
“Hai orang –orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka di waktu itu (mundur), kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya adalah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya”.
Rasulullah juga sudah mencontohkan hal tersebut dalam perang Badar, yakni dengan pasukan 300 orang yang berani menghadapi lawan dengan jumlah tiga kali lipas, yakni sekitar 1000 orang dan ternyata Rasulullah bersama dengan para sahabatnya berhasil mencapai kemenangan.